Aku yang Merindukan Yogya
Tanggal 20 Juli 2017
Mengapa ada sebuah perkenalan dalam hidup?
Takut untuk memulai karena nantinya akan berakhir? Lantas siapa yang memulainya? Memang benar, tidak tahu siapa yang memulainya atau memang sebuah perkenalan sudah dituliskan dalam catatan takdir Sang Pencipta.
Atau, sebuah perasaan yang membawanya ke dalam diri? Itu kita tidak tahu, mungkin sebuah misteri yang ingin dipecahkan seperti cerita-cerita Action, Fantasi, Mystery, atau seperti kisah detektif yang ada di buku dan sebuah film? Tidak.
Itu rahasia Sang Pencipta. Lalu bagaimana caranya kamu menghargai sebuah pertemanan dan kehidupan seseorang?
Itu memaksa atau memang sengaja dipaksa? Rumit ya?
Bagaimana dengan luka yang dalam? Bukan tentang terjatuh dari sepeda atau jatuh dari pohon buah tetangga karena mencuri buahnya, bukan. Sakitnya itu hanya menimbulkan memori indah, yang tidak menyakitkan, tapi malah membuat senang. Memang iya, luka di lutut tidak menimbulkan sakit berlama-lama, kalau diputar kembali pasti kamu bilang begini "Aku nakal sekali sewaktu kecil, sampai-sampai luka berkali-kali"
Lukanya kamu bisa rasakan hari ini tidak? Tidak kan?
Lalu bagaimana dengan perasaan? Itu hal yang berbeda bukan? Ah kamu berbohong, iya, kamu berbohong jika bilang "Ah tidak, lukanya sama saja"
Sebelumnya sudah kubilang kan? Kamu akan tetap menjadi manusia karena kamu manusia. Bagaimana mungkin kamu berbohong dengan sebuah perasaan, mau menyakitkan diri sendiri lagi?
.
.
.
Untuk kamu Ray, semoga kamu membaca ini, ini kata demi kata yang kususun menjadi sebuah kalimat dan akhirnya menjadi paragraf. Menjadi sebuah cerita yang dapat dibaca, sekarang aku tidak takut lagi, sekarang aku sudah mau membuka diri, walaupun ada sedikit rasa aneh. Kamu pernah bilang dunia itu unik jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Ray, ada yang ingin kutanyakan.
Bagaimana Yogya? Boleh aku mengunjunginya sekali lagi?
Apa boleh aku mengulang kesalahan yang sama? Tidak ya? Pasti tidak kok.
Ray, aku sudah pernah bilang, kamu tokoh favoritku semenjak kamu berlari untuk sampai disebelahku. Katamu akan selalu begitu, benar kan?
Sampai saat ini aku membuka diri, tapi tidak pernah membuka hati, bukan tidak Ray, tapi belum. Salah hehe.
Kamu yang membuatku menyukai langit. Bisa tidak, besok jika diberi umur yang panjang, temani aku duduk bercerita dengan secangkir teh hijau ya? Mau ya?
Ah, terimakasih.
Hari ini, 6 Juli 2020
Aku merindukanmu, dan merindukan Yogya.